Thursday, November 1, 2012

Analisis Novel Bekisar Merah


ANALISIS NOVEL
“BEKISAR MERAH”
Karya: Ahmad Tohari


A.  PENDAHULUAN
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Dalam kamus besar bahasa Indonesia novel diartikan sebagai karya sastra berupa prosa, mengan dung rangkaian cerita kehidupan seseorang dan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.
Tujuan dalam menganalisis karya sastra kali ini agar lebih memudahkan pembaca dalam memahami isi cerita.
Kami memilih novel berjudul “Bekisar Merah” karena menurut kami novel ini memiliki jalan cerita yang tidak terlalu rumit, bahasanya mudah dimengerti, dan ceritanya menarik untuk dibaca oleh semua kalangan.
Novel dibangun atas unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur Intrinsik adalah unsur yang membangun suatu karya dari dalam. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun suatu karya dari luar. Dalam analisis kali ini unsur intrinsik yang akan dibahas adalah tema, amanat, sudut pandang, dan penokohan. Selain itu dalam unsur ekstrinsiknya hanya akan membahas tentang nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai sosial.
Dalam analisis karya sastra ini, pembahasan tema berdasarkan peristiwa yang dialami oleh pemeran utama. Selain itu juga akan membahas tentang alur yang ditentukan berdasarkan jalannya cerita. Kemudian dalam penokohan hanya akan menyebutkan tokoh dan watak tokoh yang berperan aktif dalam cerita. Lalu dalam sudut pandang berdasarkan  bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan isi cerita. Sedangkan dalam amanat ditentukan berdasarkan pesan yang terkandung dalam cerita berdasarkan pengalaman yang dialami para tokohnya.

B.   ANALISIS NOVEL
1)      Penggambaran Sinopsis
Lasi seorang wanita yang memiliki ayah bekas serdadu Jepang, kulitnya yang putih dan matanya yang khas membawa dirinya menjadi bekisar untuk menjadi hiasan sebuah gedung dan kehidupan megah seorang lelaki kaya di Jakarta. Ia lahir dalam keluarga petani gula kelapa sebuah desa di pedalaman, Lasi terbawa arus sejarah hidupnya sendiri dan berlabuh dalam kemewahan kota yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Lasi yang baru saja terpuruk karena bercerai dengan mantan suaminya Darsa seorang penyadap nira kelapa yang mengalami sebuah kecelakaan yaitu jatuh dari pohon kelapa dan menyebabkan dirinya menderita Impotensi. Namun, untuk menyembuhkan penyakitnya itu oleh Bunek seorang bidan desa. Darsa diharuskan untuk menyetubuhi putrinya Sipah yang lumpuh. Darsa bimbang namun akhrinya ia pun menyanggupinya. Tak disangka Sipah pun hamil dan Darsa diminta untuk menikahinya. Akhirnya Lasi pun menceraikan Darsa dan pergi meninggalkan desanya merantau ke Jakarta dan bertemu dengan Bu Lanting seorang germo. Lasi pun diangkat menjadi anaknya. Hingga suatu hari  ia dipertemukan dengan Handarbeni seorang kaya raya yang sudah tua dan akhirnya Lasi mau dinikahkan dengan Handarbeni untuk mencoba merubah nasibnya da membuktikan pada orang kampungnya bahwa ia bukan lagi Lasi yang selalu mereka gunjingkan sejak kecil.  
Setelah menikah Lasi mencoba menikmati kemewahan itu dan rela membayarnya dengan kesetiaan penuh pada Pak Han seorang suami tua yang sudah lemah. Namun, Lasi gagap ketika menemukan nilai perkawinannya dengan Pak Han hanya sebuah keisengan, main-main dan menurutnya sangat ganjil sebab Pak Han tidak mampu untuk menyentuh Lasi karena faktor usia yang menyebabkannya menderita impoten. Namun, untuk menjaga gengsinya Ia meminta Lasi untuk tidak memberitahu siapa pun dan tidak menceraikannya. Pak Han pun menuruti semua keinginan Lasi serta memberinya kebebasan untuk bersenang-senang dengan laki-laki lain.
Dalam kegelapan itu Lasi bertemu dengan Kanjat, teman sepermainan yang sudah mejadi lelaki matang. Lasi ingin Kanjat menolongnya seperti dulu ketika keduanya masih sama-sama bocah. Lasi ingin Kanjat membebaskan dirinya dari kurungan bekisar di rumah Pak Han. Tetapi Kanjat sibuk sendiri dengan kegiatan kemasyarakatan dalam upaya memperbaiki kehidupan para petani gula kelapa. Maka Lasi harus bisa memutuskan sendiri untuk tetap menjadi bekisar dalam kurungan kehidupan kota yang makmur tetapi ganjil atau terbang untuk membangun kembali dunianya sendiri yang sangat membingungkan.



2)      Hasil Analisis Unsur Intrinsik
a.       Tema    :
Ketabahan dan pantang menyerah akan membuahkan hasil

b.      Tokoh
1.   Lasi  : Baik hati, menerima apa adanya, rendah hati
“Sebenarnya saya belum berpikir tentang segala macam itu. Saya malu. Saya masih punya suami. Dan hati saya belum tenang dari kesusahan yang saya bawa dari kampung. Lagi pula, apa betul Pak Han mengharapkan saya? Bu, saya Cuma perempuan dusun yang miskin dan hanya tamat sekolah desa jadi apa yang diharapkan Pak Han dari orang seperti saya?”. (Halaman 199 paragraf 6).

2.  Kanjat        : Baik hati, peduli sesama, bijaksana
Jadi Kanjat sungguh jujur pada dirinya sendiri ketika dia mengaku kenal, akrab, bahkan menghayati sepenuhnya kehidupan masyarakat penyadap, dari tangis sampai gelak tawa mereka(Halaman 120 Paragraf 2 alenia 10).

3.  Darsa                   : Tidak teguh pendirian
 “…Tiada lagi Darsa karena yang ada ketika itu adalah Darsa yang lain, Darsa yang lupa pada Lasi, Darsa sing ora eling, Darsa yang lupa akan Sang Kesadaran Tertinggi… (Halaman 108 alenia 2).

4.   Handarbeni        : Baik hati, dermawan, gengsian
Las, aku memang sudah tua. Aku tak lagi bisa memberi dengan cukup. Maka, kamu kehendaki, kamu aku izinkan meminta pada lelaki lain. Dan syaratnya hanya satu: kamu jaga mulut dan tetap tinggal di sini menjadi istriku. Bila perlu, aku sendiri yang akan mencarikan lelaki itu untukmu”. (Halaman  267 paragraf akhir ).

5.   Wiryaji                : Peduli, baik hati
 “Sudah malam begini kamu mau meneruskan pekerjaanmu?”. (Halaman 22 paragraf 6 ).

6.                 Mbok Wiryaji         : Baik hati, sabar
“Sudahlah, Las, biarkan mereka. Kita sebaiknya nerima saj. Kata orang, nerima ngalah luhur wekasane, orang yang mengalah akan dihormati pada akhirnya”. (Halaman 40 paragraf 11 alenia 4).

7.                 Bunek dan Sipah    : Licik, penuh pamrih
“Darsa sudah ku tolong mengembalikan kelelakiannya. Sebagai imbalan aku balik minta tolong. Permintaanku sangat sederhana, enak pula melaksanakannya; kawini Sipah. Kalian tahu, menunggu sampai orang datang melamarnya, repot. Apa kalian mau mengawini anakku yang pincang itu? He-he-he” (Halaman 79 paragraf 1 alenia 8).

8.                 Eyang Mus             : Baik hati, bijaksana, religius
“Keputusan berada di tanganmu. Namun, aku setuju Darsa dibawa ke rumah sakit. Betapa pun kita harus berikhtiyar sebisa-bisa kita”. (Halaman 23 paragraf 2).

9.                 Bu Lanting              : Baik demi pamrih
“Sudah ku bilang, yang penting kamu bersedia menerima Pak Han dan kamu akan beruntung. Lagi pula buat apa kamu mengingat-ingat suami prnghianat . masalah surat cerai dan lain-lain, mudah diatur.” (Halaman 201 paragraf 3).

10.  Bu Koneng        : Baik demi pamrih
“Nanti dulu, Kali ini ini aku tak perlu uang”
“Tak Perlu?”Bu Koneng tersenyum penuh percaya diri.
 “Coba lihat cincinmu. Nah, itu aku suka” (Halaman 141 paragraf 2-4).

c.        Sudut Pandang
Orang ketiga serba tahu.

d.      Amanat
·                    Tidak mudah putus asa
·                    Menerima segala sesuatu dengan lapang dada
·                    Jangan bertindak gegabah harus dipikirkan dahulu dampakya
·                    Saling tolong-menolong tanpa pamrih

3)      Hasil Analisis Unsur Ekstrinsik
a.       Nilai Moral            :
§       Jangan mudah menyerah menghadapi semua masalah
§       Saling tolong-menolong
§       Jangan memanfaatkan orang lain


b.       Nilai Sosial            : Tolong-menolong
“…Orang-orang perempuan mengurus Darsa dan Lasi. Celana pendek Darsa yang beasah dilepas dengan hati-hati. Ada yang memaksa Darsa menenggak telur ayam mentah…” (Halaman 21 paragraf 1).

c.        Nilai keagamaan   : Percaya akan bantuan tuhan  
“....Gusti ora sare, bisik Lasi untuk diri sendiri. Akhirnya Kang Darsa sembuh karena welas-asih-Nya”. (halaman 68 alenia 5-6).

d.      Nilai Adat              : Menjadi seorang penyadap
“Di Karangsoga, banyak tumbuh pohon kelapa. Sehingga banyak penduduknya memilih menjadi seorang penyadap”

C.    PENUTUP
1)       Kesimpulan
Dari analisis novel diatas, dapat disimpulkan bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan ini merupakan takdir yang sudah ditentukan oleh Tuhan dan setiap masalah yang ada pasti ada jalan keluarnya dan akan memberikan kita pelajaran tentang arti kehidupan dan menjadikan pedoman untuk kita bertindak di kemudian hari.

2)       Saran
Dari kesimpulan di atas saran penulis kepada pembaca agar dalam menghadapi setiap masalah yang ada, pantang menyerah dan berikhtiyar. Selain itu juga kita diharapkan dapat menjadi manusia yang peduli pada sesama dan saling tolong-menolong.

Disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA N 4 Pekalongan tahun ajaran 2011-2012. Disusun oleh: Faza Riza A, Khafidhotul Khasanah, Malahayati, Nirmalawati M, Nindya Fortuna R 

No comments:

Post a Comment