ANALISIS NOVEL
“BEKISAR MERAH”
Karya: Ahmad Tohari
A. PENDAHULUAN
Salah
satu bentuk karya sastra adalah novel. Dalam kamus besar bahasa Indonesia novel
diartikan sebagai karya sastra berupa prosa, mengan dung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan
sifat pelaku.
Tujuan
dalam menganalisis karya sastra kali ini agar lebih memudahkan pembaca dalam
memahami isi cerita.
Kami
memilih novel berjudul “Bekisar Merah” karena menurut kami novel ini memiliki
jalan cerita yang tidak terlalu rumit, bahasanya mudah dimengerti, dan
ceritanya menarik untuk dibaca oleh semua kalangan.
Novel
dibangun atas unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur Intrinsik adalah unsur yang
membangun suatu karya dari dalam. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang
membangun suatu karya dari luar. Dalam analisis kali ini unsur intrinsik yang
akan dibahas adalah tema, amanat, sudut pandang, dan penokohan. Selain itu
dalam unsur ekstrinsiknya hanya akan membahas tentang nilai agama, nilai
sosial, nilai budaya, dan nilai sosial.
Dalam
analisis karya sastra ini, pembahasan tema berdasarkan peristiwa yang dialami
oleh pemeran utama. Selain itu juga akan membahas tentang alur yang ditentukan
berdasarkan jalannya cerita. Kemudian dalam penokohan hanya akan menyebutkan
tokoh dan watak tokoh yang berperan aktif dalam cerita. Lalu dalam sudut
pandang berdasarkan bahasa yang
digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan isi cerita. Sedangkan dalam amanat
ditentukan berdasarkan pesan yang terkandung dalam cerita berdasarkan
pengalaman yang dialami para tokohnya.
B.
ANALISIS NOVEL
1) Penggambaran Sinopsis
Lasi
seorang wanita yang memiliki ayah bekas serdadu Jepang, kulitnya yang putih dan
matanya yang khas membawa dirinya menjadi bekisar untuk menjadi hiasan sebuah
gedung dan kehidupan megah seorang lelaki kaya di Jakarta. Ia lahir dalam
keluarga petani gula kelapa sebuah desa di pedalaman, Lasi terbawa arus sejarah
hidupnya sendiri dan berlabuh dalam kemewahan kota yang tak pernah terbayangkan
sebelumnya. Lasi yang baru saja terpuruk karena bercerai dengan mantan suaminya
Darsa seorang penyadap nira kelapa yang mengalami sebuah kecelakaan yaitu jatuh
dari pohon kelapa dan menyebabkan dirinya menderita Impotensi. Namun, untuk
menyembuhkan penyakitnya itu oleh Bunek seorang bidan desa. Darsa diharuskan
untuk menyetubuhi putrinya Sipah yang lumpuh. Darsa bimbang namun akhrinya ia
pun menyanggupinya. Tak disangka Sipah pun hamil dan Darsa diminta untuk
menikahinya. Akhirnya Lasi pun menceraikan Darsa dan pergi meninggalkan desanya
merantau ke Jakarta dan bertemu dengan Bu Lanting seorang germo. Lasi pun
diangkat menjadi anaknya. Hingga suatu hari
ia dipertemukan dengan Handarbeni seorang kaya raya yang sudah tua dan akhirnya Lasi mau dinikahkan dengan Handarbeni untuk mencoba merubah
nasibnya da membuktikan pada orang kampungnya bahwa ia bukan lagi Lasi yang
selalu mereka gunjingkan sejak kecil.
Setelah menikah Lasi mencoba menikmati kemewahan itu dan rela
membayarnya dengan kesetiaan penuh pada Pak Han seorang suami tua yang sudah
lemah. Namun, Lasi gagap ketika menemukan nilai perkawinannya dengan Pak Han
hanya sebuah keisengan, main-main dan menurutnya sangat ganjil sebab Pak Han tidak mampu
untuk menyentuh Lasi karena faktor usia yang menyebabkannya menderita impoten. Namun, untuk menjaga gengsinya Ia meminta Lasi untuk
tidak memberitahu siapa pun dan tidak menceraikannya. Pak Han pun menuruti
semua keinginan Lasi serta memberinya kebebasan untuk bersenang-senang dengan
laki-laki lain.
Dalam
kegelapan itu Lasi bertemu dengan Kanjat, teman sepermainan yang sudah mejadi
lelaki matang. Lasi ingin Kanjat menolongnya seperti dulu ketika keduanya masih
sama-sama bocah. Lasi ingin Kanjat membebaskan dirinya dari kurungan bekisar di
rumah Pak Han. Tetapi Kanjat sibuk sendiri dengan kegiatan kemasyarakatan dalam
upaya memperbaiki kehidupan para petani gula kelapa. Maka Lasi harus bisa
memutuskan sendiri untuk tetap menjadi bekisar dalam kurungan kehidupan kota
yang makmur tetapi ganjil atau terbang untuk membangun kembali dunianya sendiri
yang sangat membingungkan.
2) Hasil Analisis Unsur Intrinsik
a. Tema :
Ketabahan dan
pantang menyerah akan membuahkan hasil
b.
Tokoh
1.
Lasi : Baik hati, menerima apa adanya, rendah hati
“Sebenarnya
saya belum berpikir tentang segala macam itu. Saya malu. Saya masih punya
suami. Dan hati saya belum tenang dari kesusahan yang saya bawa dari kampung.
Lagi pula, apa betul Pak Han mengharapkan saya? Bu, saya Cuma perempuan dusun
yang miskin dan hanya tamat sekolah desa jadi apa yang diharapkan Pak Han dari
orang seperti saya?”. (Halaman 199 paragraf 6).
2. Kanjat :
Baik hati, peduli sesama, bijaksana
“Jadi Kanjat sungguh jujur
pada dirinya sendiri ketika dia mengaku kenal, akrab, bahkan menghayati
sepenuhnya kehidupan masyarakat penyadap, dari tangis sampai gelak tawa mereka” (Halaman 120 Paragraf 2 alenia 10).
3. Darsa : Tidak teguh pendirian
“…Tiada lagi
Darsa karena yang ada ketika itu adalah Darsa yang lain, Darsa yang lupa pada
Lasi, Darsa sing ora eling, Darsa
yang lupa akan Sang Kesadaran Tertinggi…”
(Halaman 108 alenia 2).
4.
Handarbeni : Baik hati, dermawan, gengsian
“Las,
aku memang sudah tua. Aku tak lagi bisa memberi dengan cukup. Maka, kamu
kehendaki, kamu aku izinkan meminta pada lelaki lain. Dan syaratnya hanya satu:
kamu jaga mulut dan tetap tinggal di sini menjadi istriku. Bila perlu, aku
sendiri yang akan mencarikan lelaki itu untukmu”. (Halaman 267 paragraf akhir
).
5.
Wiryaji :
Peduli, baik hati
“Sudah malam begini kamu mau meneruskan
pekerjaanmu?”. (Halaman 22 paragraf 6 ).
6.
Mbok Wiryaji : Baik hati, sabar
“Sudahlah,
Las, biarkan mereka. Kita sebaiknya nerima
saj. Kata orang, nerima ngalah luhur
wekasane, orang yang mengalah akan dihormati pada akhirnya”. (Halaman 40
paragraf 11 alenia 4).
7.
Bunek dan
Sipah : Licik, penuh pamrih
“Darsa sudah
ku tolong mengembalikan kelelakiannya. Sebagai imbalan aku balik minta tolong.
Permintaanku sangat sederhana, enak pula melaksanakannya; kawini Sipah. Kalian
tahu, menunggu sampai orang datang melamarnya, repot. Apa kalian mau mengawini
anakku yang pincang itu? He-he-he” (Halaman 79 paragraf 1 alenia 8).
8.
Eyang Mus : Baik hati, bijaksana, religius
“Keputusan
berada di tanganmu. Namun, aku setuju Darsa dibawa ke rumah sakit. Betapa pun
kita harus berikhtiyar sebisa-bisa kita”. (Halaman 23 paragraf 2).
9.
Bu Lanting :
Baik demi pamrih
“Sudah ku
bilang, yang penting kamu bersedia menerima Pak Han dan kamu akan beruntung.
Lagi pula buat apa kamu mengingat-ingat suami prnghianat . masalah surat cerai
dan lain-lain, mudah diatur.” (Halaman 201 paragraf 3).
10. Bu Koneng :
Baik demi pamrih
“Nanti dulu, Kali ini ini aku tak perlu uang”
“Tak Perlu?”Bu
Koneng tersenyum penuh percaya diri.
“Coba lihat cincinmu. Nah, itu
aku suka” (Halaman 141 paragraf 2-4).
c.
Sudut Pandang
Orang ketiga
serba tahu.
d.
Amanat
·
Tidak mudah putus asa
·
Menerima segala sesuatu dengan lapang dada
·
Jangan bertindak gegabah harus dipikirkan dahulu dampakya
·
Saling tolong-menolong tanpa pamrih
3) Hasil Analisis Unsur Ekstrinsik
a. Nilai
Moral :
§
Jangan mudah menyerah menghadapi semua masalah
§
Saling tolong-menolong
§
Jangan memanfaatkan orang lain
b. Nilai
Sosial : Tolong-menolong
“…Orang-orang perempuan mengurus Darsa dan Lasi. Celana pendek Darsa
yang beasah dilepas dengan hati-hati. Ada yang memaksa Darsa menenggak telur
ayam mentah…” (Halaman 21 paragraf 1).
c.
Nilai keagamaan :
Percaya akan bantuan tuhan
“....Gusti ora sare, bisik Lasi untuk
diri sendiri. Akhirnya Kang
Darsa sembuh karena welas-asih-Nya”.
(halaman 68 alenia 5-6).
d.
Nilai Adat : Menjadi seorang penyadap
“Di Karangsoga, banyak tumbuh pohon kelapa. Sehingga banyak penduduknya
memilih menjadi seorang penyadap”
C. PENUTUP
1)
Kesimpulan
Dari analisis novel diatas, dapat disimpulkan bahwa
semua yang terjadi dalam kehidupan ini merupakan takdir yang sudah ditentukan
oleh Tuhan dan setiap masalah yang ada pasti ada jalan keluarnya dan akan
memberikan kita pelajaran tentang arti kehidupan dan menjadikan pedoman untuk
kita bertindak di kemudian hari.
2)
Saran
Dari kesimpulan di atas saran penulis kepada pembaca
agar dalam menghadapi setiap masalah yang ada, pantang menyerah dan
berikhtiyar. Selain itu juga kita diharapkan dapat menjadi manusia yang peduli
pada sesama dan saling tolong-menolong.
Disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA N 4 Pekalongan tahun ajaran 2011-2012. Disusun oleh: Faza Riza A, Khafidhotul Khasanah, Malahayati, Nirmalawati M, Nindya Fortuna R
No comments:
Post a Comment